Wednesday, December 02, 2009

Hubungan Unik antara Ketapang dan Cupang

Ketika suatu saat saya berkunjung ke tempat teman, yang kebetulan sama-sama penggemar betta (atau cupang), terkejut bukan main hati saya. Ini kok ngaku – ngaku hobiis betta, tapi membiarkan air – air dalam aquarium mungilnya begitu kotor, kuning, bahkan beberapa diantaranya sangat pekat.

Sedikit bercanda, saya berseloroh. “itu cupang-cupang lu asli jawa ya, kok minumnya air teh, atau lu kasih air seni?”. “kasian banget nasib ikan – ikan lu kalo gitu”. Tambahku.

“Itu gue kasih air rebusan ketapang”. Jawabannya singkat. “maklum baru gue kawinin”

Terkejut, tapi gak mau dibilang bodoh. Sengaja aku diam atas jawabannya, takut dibilang bukan hobiis sejati cupang. Aku simpan jawaban itu, penasaran sama si “ketapang” ini.

Ingatan saya kembali ke masa kecil, dulu di perumahan orang bule di bilangan kuningan, banyak banget pohon ketapang. Pohon ketapang itu sendiri tingginya sekitar 20 meter lebih, terbilang tinggi untuk ukuran pohon di Jakarta. Setiap pulang sekolah, saya dan teman – teman selalu mengumpulkan biji – biji ketapang itu, dipecahkan kulitnya untuk kemudian daging buahnya kami makan. Rasa kacang bercampur kenari bermain dilidah kami. Tak jarang kami harus dikejar – kejar satpam, karena untuk mendapatkan buah ketapang kami harus melemparnya dengan batu. Kalo musim kemarau tiba, kami berguling2an diatas hamparan daun ketapang yang selalu rontok.

Di bangku kuliah saya mengenalnya lebih mendalam, tentang ciri – ciri fisik, habitus. Dan penyebarannya. Saya sekarang sering menemukan daunnya teronggok di dasar aquarium cupang. Berbekal sebuah laptop tua keluaran akhir 2003, dimulailah pencarian tentang si ketapang ini dan hubungannya yang unik dengan betta – betta kesayangan saya. Dan coba saya paparkan dalam beberapa deskripsi berikut.

Apa dan Bagaimana si “Indian Almond”
Menurut binomial nomenklatur, ketapang diidentifikasi sebagai Terminalia cattapa, dari keluarga Combretaceae. Karena penyebarannya yang kosmopolit, sehingga tidak diketahui asal usul dari tanaman ini. Ada beberapa nama yang disematkan untuk pohon ini; Bengal almond, Singapore almond, Ebelebo, Malabar almond, Indian almond, Tropical almond, Sea almond, pohon Talisay, pohon Payung dan Zanmande (creole).

Beberapa ilmuwan pernah menemukan pohon ketapang tertinggi hingga mencapai 35 m. Nama pohon payung memang identik dengan bentuk percabangan dan tajuk yang menyerupai payung, melebar dan melingkar luas (diameter tajuk mencapai 20 m). Kayunya termasuk jenis kayu keras yang memiliki resisten tinggi. Kulit pohonnya membentuk uliran kecil seperti mengelupas, layaknya kita temukan pada pohon-pohon sengon atau jeunjing.

Kalau melihat daunnya, jangan sampai tertukar dengan pohon mete, karena memang kedua pohon ini mempunyai daun yang agak mirip, dengan tulang daun yang sangat terlihat jelas. Walaupun beberapa daun ketapang tumbuh kecil, tapi rata-rata daun ketapang memiliki panjang daun 15 – 25 cm dengan lebar daun mencapai 14 cm. Permukaan daunnya terlihat licin dan berminyak. Pada musim kemarau pohon ini mempunyai sifat menggugurkan daunnya untuk menyimpan cadangan air lebih banyak, dan beberapa fungsi tumbuhan menjadi dorman. Daun yang mengering kemudian berubah warna menjadi kuning, merah, dan coklat ketika mengering.

Bunga ketapang, berkelamin ganda, dan berada dalam satu pohon. Buahnya sendiri diselimuti kulit lunak berserabut, biji dalam tiap buah hanya terdapat satu, seperti pada buah kenari. Rasanya juga mirip buah almond, dan aman untuk dimakan.

Secara alami, pohon ketapang tersebar di hutan dataran rendah di daerah tropis. Pohon ketapang sering dijadikan indikator adanya hutan pantai, selain pohon pandan dan waru laut. Karena sifat alaminya yang mempunyai daya hidup tinggi, dan bentuk tajuk yang melebar, ketapang merupakan pilihan utama dalam menghiasi dan meneduhi perumahan - perumahan baru atau wilayah halaman perkantoran di jakarta. Sangat mudah untuk menemukannya di sekitar kita. Apalagi untuk mereka yang tinggal di perumahan baru.

Daun Ketapang dan kesehatan
Ada beberapa kandungan alami yang terkandung dalam daun ketapang (dan buah), antara lain: flavonoids (sama halnya dengan kaempferol atau quercetin) atau dikenal dengan vitamin P atau citrin, tanin (punicalin, punicalagin atau tercatin seperti halnya pada teh, anggur, strawberry, delima, pomegranate, aren-arenan), saponin yang dipakai sebagai surfaktan, dan phytosterol (kolesterol tumbuhan dengan sedikit kandungan alkohol). unsur lain yang terdapat dalam daun ketapang antara lain; Sulfur, Nitrogen fosfor in dalam bobot beragam. Ketapang juga mengandung logam seperti Ca, Mg, Cu, Zn etc

Demikian kaya kandungan yang terdapat dalam daun ketapang, sehingga sangat umum menggunakannya dalam pengobatan alternatif yang sangat berguna. Lihat saja, di Taiwan orang sering memanfaatkan daun keringnya untuk mengobati liver dan air rebusannya dipakai untuk mengobati sakit kulit. Di suriname, teh yang terbuat dari seduhan daun ketapang diyakini bisa menyembuhkan disentri dan diarhea. Beberapa penelitian lebih lanjut tengah dilakukan untuk kemungkinan dipakai dalam pengobatan kanker, dan antioksidan.

Cupang dan Daun Ketapang
Di alam, penyebaran ketapang juga bisa ditemui di pinggir sungai, rawa, gambut (atau diamazon sering dihubungkan dengan ekosistm blackwater) dan danau. Tempat-tempat ini merupakan habitat alami cupang. Sangat mudah menemukan cupang bila disekitarnya terdapat pohon ketapang, cukup mencari dibawah guguran daun ketapang dan ternyata ini menjadi tempat favorit betta untuk berbiak. Ini yang kemudian yang menggugah rasa ingin tahu peneliti tersebut secara lebih lanjut.

Bila dilihat manfaat ketapang yang begitu banyak untuk manusia, demikian halnya untuk betta yang ada di aquarium kita. Betta yang ditemukan hidup disekitar guguran daun ketapang terlihat lebih aktif (lincah), kilauan warna dan sisiknya menjadi lebih cerah, dan tentu saja sehat.

Kandungan tanin, mineral, dan vitamin pada daun ketapang dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan bakteri berguna seperti infusoria dan beberapa bakteri lain. Kemudian bakteri inilah yang menjadi sumber pakan bagi burayak – burayak betta di alam. Begitu juga kandungan asam humik dan logam yang dapat menetralkan kondisi pH air, walaupun kondisi sekitarnya begitu ekstrim. Selain itu biasanya betta yang baru saja ditandingkan mengalami luka pada tubuh atau stress ketika kontes, maka daun ketapang menjadi pilihan tepat untuk memulihkan kembali kondisi betta kesayangan kita.

Tentu saja penggunaan bagi para hobiis betta harus diperhatikan. Yew (2004) dan beberapa peneliti dalam sebuah artikelnya menyebutkan dosis yang tepat untuk menjaga kesehatan betta adalah 1-2 daun ketapang dalam 50 liter air. Teknik paling mudah untuk mengeluarkan kandungan yang ada dalam daun ketapang adalah dengan cara merebusnya. Bila kita tidak ingin merebusnya, cukup biarkan selama 2 – 3 hari dalam air, sampai daun tersebut ternggelam dalam air. Jangan lupa untuk menggantinya setiap 15 hari sekali.

Kerusakan ekor dalam pengiriman betta dapat diminimalisasi dengan menambahkan larutan ketapang dalam airnya, kandungan tannin dan phytosterol dengan dosis agak tinggi dapat memberikan rasa tenang (bius ringan) pada betta. Dosis ini juga disesuaikan dengan jarak dan lama pengiriman.

Dalam keadaan kering daun ketapang dapat disimpan selama 6 bulan. Asalkan jauhkan dari tempat yang lembab dan terlindung dari sinar matahari dan panas.

Ini juga yang mendasari atison betta untuk mengembangkannya menjadi sebuah produk siap pakai dalam bentuk ekstrak daun ketapang dengan brand “Atison's Betta Spa Ketapang Leaf Extract”. Kemasannya dapat dilihat di: http://www.bluebettausa.com/galleryac1.htm.

Jadi, tunggu apalagi, gak usah malu untuk memunguti daun – daun ketapang yang gugur, walaupun harus menghentikan motor dan mobil yang anda kendarai sejenak. Selama berguna untuk betta kesayangan kita. elnino (02-12-2009)


Posted under real circumstance, source will be published and will not claimed as its own writing