Monday, October 18, 2010

Kisah Resi Dorna, Si Bijak Bermuka Dua

Jadi penjilat yang paling tepat
Karirmu cepat uang tentu dapat
Jadilah Dorna jangan jadi Bima
Sebab seorang Dorna punya lidah sejuta
O . . . . o . . . . o . . . . . o . . . .

Sepenggal lirik “Nak” yang dinyanyikan salah satu legenda musik Indonesia, Iwan Fals, memang tak asing lagi di telinga walaupun lagu ini sudah terbilang lawas. Cerita tentang kenyataan dan strategi bertahan hidup yang ditularkan dari ayah kepada anaknya, sungguh membuat kita mampu melihat apa sebenarnya yang terjadi disekitar kita.

Siapakah Dorna?

Dorna adalah salah satu tokoh sentral dalam mega cerita Mahabharata. Resi Dorna digambarkan sebagai orang yang bermata kriyipan, hidung mungkal gerang, seperti batu asahan yang telah aus. Mulut gusen (bergusi). Dagu mengerut, akan tanda bahwa dagu seorang tua, berjanggut. Bertarbus. Rambut bersanggul. Berkain bentuk rapekan pendeta. Tangan hanya dapat digerakkan yang belakang. Tangan yang lain memegang tasbih. Bercelana cindai dan bersepatu.

Dorna berwatak tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam berperang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan,
Dorna dilahirkan dalam keluarga brahmana (kaum pendeta Hindu). Ia merupakan putera dari pendeta Bharadwaja, lahir di kota yang sekarang disebut Dehradun (modifikasi dari kata dehra-dron, guci tanah liat), yang berarti bahwa ia (Dorna) berkembang bukan di dalam rahim, namun di luar tubuh manusia, yakni dalam Droon (tong atau guci)
Semasa mudanya Dorna dikenal sebagai Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti. berasal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri.

Setelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama.
Dorna bukanlah jajaran Pandawa, juga bukan bagian dari Kurawa. Sebenarnya ia bisa dikatakan sebagai seorang pendeta bijaksana, guru bagi Pandawa dan Kurawa. Wrekudaralah seorang anak muridnya yang sejati. Adapun pada mulanya memang Wrekudara diperdayanya, diperintahkan terjun ke dalam laut supaya mati. Tapi segala petunjuk Dorna yang demikian itu malahan menjadikan kesempumaan ilmunya atas petunjuk Dewa Ruci, dewanya Wrekudara yang sebenarnya.

Dorna ahli mengembangkan seni pertempuran, termasuk dewāstra. Arjuna adalah murid yang disukainya. Kasih sayang Dorna terhadap Arjuna adalah yang kedua jika dibandingkan dengan rasa kasih sayang terhadap puteranya, Aswatama. Ia mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Keris Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).

Drona dalam Bharatayuddha

Dalam perang Bharatayuddha, Resi Drona diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Bisma. Ia sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan formasi perang. Resi Drona gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestadyumena, putera Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Drona akibat dendam Prabu Ekalaya, raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestadyumena. Akan tetapi sebenarnya kejadian itu disebabkan oleh taktik perang yang dilancarkan oleh pihak Pandawa dengan tipu muslihat karena kerepotan menghadapi kesaktian dan kedigjayaan sang Resi.

Pelajaran yang dapat diambil dari sini adalah bagaimanapun saktinya sang resi, beliau sangat sayang terhadap keluarganya sehingga termakan tipuan dalam peperangan yang mengakibatkan kematiannya. Selain Dorna memang terkenal sangat licik, hingga mampu dengan mudahnya memecah belah antara Pandawa dan Kurawa hingga terbetik perang mahadahsyat yang bernama Bharatayudha di padang Kurusetra.

Mari kita tarik pembelajaran ini, apakah keputusan yang kita buat akibat dari perbuatan Dorna, atau bagian dari esensi idealisme kita? Lihat sekeliling kita, apakah ada resi Dorna? Tarik akar masalahnya lalu kemudian kita ambil jalan keluar terbaik.

Bahan bacaan:
http://www.tempointeraktif.com/hg/panggung/2010/08/09/brk,20100809-269713,id.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Drona
http://ki-demang.com/gambar_wayang/index.php?option=com_content&view=article&id=834&Itemid=834
http://wayangprabu.com/2010/09/29/tekad-durna-menegakkan-kembali-harga-diri/
http://citizennews.suaramerdeka.com/?option=com_content&task=view&id=668
http://www.bursalagu.com/mp3/ki_timbul_hadiprayitno_durna_gugur.html
http://sudarjanto.multiply.com/journal/item/1816/Durna_Picis_-_Ki_Hadi_Sugito
http://buyungbaskoro.blogspot.com/2009/05/durna-yang-sakti-pun-terpancing.html

dan sumber-sumber lain

Posted under real circumstance, source will be published and will not claimed as its own writing