Thursday, April 08, 2010

Memang Selalu Demikian,(Kata Taufiq Ismail 1966)

Ada sebuah sajak Taufiq Ismail yang sangat populer, ditulis Taufiq Ismail, di tengah kekisruhan politik 1966 yang memunculkan Tritura dan melahirkan Orde Baru. Judulnya, "Seorang Tukang Rambutan Pada Isterinya."

"…Ya. Mahasiswa-mahasiswa itu. Anak-anak sekolah / Yang dulu berteriak: dua ratus, dua ratus! / Sampai bensin juga turun harganya / Sampai kita bisa naik bis pasar yang murah pula / Mereka kehausan karena panas bukan main / Terbakar mukanya di atas truk terbuka / Saya lemparkan sepuluh ikat rambutan kita, bu / Biarlah sepuluh ikat juga / Memang sudah rejeki mereka / Mereka berteriak kegirangan dan berebutan / …/ Dan ada yang turun dari truk, bu / Mengejar dan menyalami saya / "Hidup rakyat!", teriaknya / Saya dipanggul dan diarak-arak sebentar/ …/ "Hidup Pak Rambutan, hidup rakyat!" / Saya tersedu, bu. Belum pernah seumur hidup / Orang berterima-kasih begitu jujurnya / Pada orang kecil seperti kita".

Sajak itu menginspirasikan banyak hal pada kita. Bahwa ada saatnya, pada suatu masa, semua orang bergerak dalam kebersamaan. Semua orang mengambil perannya sendiri-sendiri, memberikan kontribusinya sendiri-sendiri, dengan caranya sendiri-sendiri. Untuk sesuatu yang diyakini bersama, untuk tujuan yang hendak dicapai bersama.
Tidak pernah lagi lahir sajak seperti itu. Karena tidak pernah lagi lahir kejadian yang sejenis. Berapa banyak gerakan advokasi dan demonstrasi mahasiswa sejak 1966. Tapi tak ada yang mengabarkan pada kita bagaimana interaksinya dengan Pak Rambutan-Pak Rambutan yang disaksikan Taufiq Ismail.

Barangkali karena situasinya memang berbeda. Di masa itu, mahasiswa tahu betul bahwa mereka bergerak dengan dukungan Angkatan Darat. Dan di masa itu, militer punya kepedulian terhadap masalah yang dihadapi rakyat: tidak tercatat adanya tentara yang diturunkan untuk menggusur tanah orang, misalnya.

Tapi barangkali juga, karena di masa itu mahasiswa memang memiliki sensitifitas untuk menangkap hati nurani rakyat. Juga 1966 itu barangkali suatu masa, di mana terdengar suara dari seorang ibu seperti yang bisa terbaca di sajak Taufiq Ismail yang lain, "Dari Ibu Seorang Demonstran" (1966) : Ibu telah merelakan kalian / Untuk berangkat demonstrasi / Karena kalian pergi menyempurnakan / Kemerdekaan negeri ini / Ya, ibu tahu, mereka tidak menggunakan gada / Atau gas air mata / Tapi peluru tajam…

Di zaman ini ada sajak Wiji Thukul: "Hanya ada satu kata: lawan!" yang jadi kalimat semua aktivis mahasiswa. Tapi berapakah "semua" itu? Lima puluh, seratus, dua ratus, atau paling banyak lima ratus orang saja terlibat, jika ada demonstrasi mahasiswa. Dua puluh ribu mahasiswa bisa memang turun berjuang, tapi hanya jika isyunya agama: kasus Monitor dan kasus SDSB. Entah apa yang membuat mahasiswa bisa demikian sensitifitas mengendus isyu SARA, tapi tidak terhadap isyu yang menyangkut penderitaan nyata umat manusia Indonesia.

Yang jelas di semua zaman, di 28, di 45, di 66, di masa ini, di masa depan, selalu terjadi apa yang dituliskan Taufiq Ismail, dalam satu lagi sajaknya, "Memang Selalu Demikian, Hadi":

Setiap perjuangan selalu melahirkan
Sejumlah pengkhianat dan para penjilat
Jangan kau gusar, Hadi

Setiap perjuang selalu menghadapkan kita
Pada kaum yang bimbang menghadapi gelombang
Jangan kau kecewa, Hadi

Setiap perjuangan yang akan menang
Selalu mendatangkan pahlawan jadi-jadian
Dan para jagoan kesiangan

Memang demikianlah halnya, Hadi

FORCI Development (Center for Forestry Organization Capacity and Institution Development-Pusat Pengembangan Kapasitas Organisasi dan Kelembagaan Kehutanan) adalah sebuah unit kerja otonom di lingkungan Fakultas Kehutanan IPB yang bergerak dalam penguatan kapasitas sumberdaya manusia, organisasi, dan kelembagaan kehutanan, yang didukung oleh kompetensi keilmuan dan pengalaman yang memadai dalam bidang kehutanan dan yang terkait, mulai tataran kebijakan (policy) sampai teknis (technical), dengan jejaring kerja dari pemerintah (government) hingga non pemerintah (civil society). Selain itu, FORCI Development juga bergerak dalam upaya-upaya transfer knowledge.


Posted under real circumstance, source will be published and will not claimed as its own writing

0 comments: