Thursday, January 27, 2011

Studi Populasi dan Perilaku Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798) di Taman Nasional Ujung Kulon

Taman Nasional Ujung Kulon merupakan salah satu kawasan pelestarian alam terpenting di Indonesia karena memiliki keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna dan berbagai tipe vegetasi dan rnerupakan sebuah habitat yang ideal bagi kelangsungan hidup satwa. Salah satu rauna yang terdapat di Taman Nasional Ujung Kulon dan merupakan primata endemik di Jawa Barat adalah Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798).

Owa Jawa telah ditetapkan sebagai salah satu satwa yang dilindungi berdasarkan Ordonansi Perlindungan Binatang-binatang Liar Nomor 266 tahun 1931, yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kolomal Belanda (Dit. PPA, 1978), SK Mentan No. 541 Kpts/Um/1972 dan Peraturan Pemerintab RI No.7 tabun 1999, disebutkan semua jenis primata Famili Hylobatidae, termasuk Owa Jawa merupakan satwa yang dilindungi. Dalam Red Data Book The international Union for The Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), Owa Jawa termasuk dalam kategori endangered species atau genting yaitu jenis-jenis satwa yang terancam kepunahan dan tidak akan dapat bertahan tanpa upaya perlindungan yang ketat untuk menyelamatkan kelangsungan hidupnya. Selain itu, Owa Jawa dicantumkan dalam Appendix I yang diterbitkan oIeh The Convention on International Trade for Endangered Species of Flora and Fauna (CITES).

Kondisi populasi dan Perilaku Owa Jawa di Resort Cibiuk dan Reuma Jengkol Sub Seksi Taman Jaya Taman Nasional Ujung Kulon.

Jumlah dan Kondisi Populasi Owa Jawa Pengamatan dan pengambilan data dengan menggunakan kombinasi metode Line Transect dan Triangle Count yang dilakukan pada dua jalur pengamatan dimana digunakan ulangan masing-masing pada Jalur 0 (Resort Cibiuk) sebanyak 7 kali ulangan dan pada Jalur 1 (Resort Reuma Jengkol) dilakukan ulangan sebanyak 8 kali.

Dari hasil penghitungan didapatkan bahwa jumlah populasi Owa Jawa pada jalur 0 berjumlah rata-rata 4 individu (3,82 individu hasil perhitungan) pada tiap kelompoknya dengan kepadatannya 3 (2,9) grup/km2 sehingga didapatkan perkiraan jumlah indidunya sebanyak 11 (11,08) individu yang menempati tiap km-nya. Sedangkan pada jalur 1 yang merupakan Resort Reuma Jengkol memiliki kelimpahan rata-rata 3 (2,75) individu pada tiap-tiap kelompoknya dongan kepadatan 3 (2,67) grup/km2 dan pada tiap-tiap km2nya ditempati oleh 7 (7,34) individu.


Perilaku Owa Jawa

1. Aktivitas Bersuara, aktivitas bersuara pada Owa Jawa merupakan aktivitas awal dan utama yang membedakannya dengan jenis primata lainnya, biasanya aktivitas bersuara ini dilakukan oIeh Owa Jawa dengan tujuan yang berbeda-beda dilihat kapan, dimana dan mengapa ak'tivitas bersuara ini bisa terjadi. Suara pada Pagi Hari (Morning calI) dilakukan umumnya.pada waktu pagi hari setelah Owa Jawa melakukan istirahat panjangnya. Dilakukan pada pohon tidur atau pada pohon yang terletak tidak jauh dari pohon tidurnya oleh individu betina dewasa. Suara Tanda Bahaya (Alarm CalI) yang terjadi pada suatu kondisi dimana suatu kelompok Owa Jawa berada dalam keadaan bahaya karena ada predator, meIindWlgi daerah tcritorinya. adanya kompetitor. Suara yang dihasilkan pada keadaan alarm call ini berbeda dengan suara yang keluar pada morning call dimana intensitas dan frekwensinya tidak teratur cenderung rapat dan tinggi, perbedaan antara suara panjang dan suara pendek tidak terlalu terlihat. Suara Pada Kondisi Tertentu (Conditional Call) dalarn kondisi lain ada waktu dimana suatu individu Owa Jawa mengeluarkan suara tanpa alasan tertentu, suara yang dihasilkan pada conditional call ini bervariasi kadang teratur kadang tidak teratur, dilakukan oleh owa muda. Waktu terjadinya conditional call ini tidak tentu kadang terjadi diluar aktivitas hariannya.

2. Aktivitas Makan, dapat dilakukan oleh kelompok Owa Jawa di tempat pohon tidurnya dan di pohon pakan lainnya. Aktivitas makan yang diIakukan pada tempat pohon tidumya dikarenakan sumber pakan pada pohon tersebut masih terdapat secara melimpah sehingga kelompok tersebut tidak perlu berpindah ke pohon lainnya. Jenis makanan yang dimakan pada suatu pohon pakan oleh owa antara lain terdiri dari: daun muda atau pucuk daun, biji, buah, bunga serta beberapa jenis serangga kecil ataupun burung-burung kecil.

3. Aktivitas Bergerak Dalam melakukan pergerakan, Owa Jawa menggunakan lokomotor yang ada pada tubuhnya dengan beberapa cara, antara lain: Bergantung/ Berayun (Brakhiasi) Brakhiasi dapat dilakukan secara lambat pada keadaan normal, yaitu pada kondisi beraktivitas sosial dalam kelompok, mencari makan atau perjalanan biasa. Gerakan dilakukan tanpa melontarkan tubuh. Kecepatan rata-rata dalam melakukan brakhiasi adalah 1 sampai dengan 10 m/dt. Gerakan ini dapat juga dilakukan secara cepat kecepatan mcncapai rata-rata 32 m/dt. Melompat (Jumping) Gerakan melompat ini didahului dengan mengayunkan tubuh ke arah bawah kemudian tangan dan kaki dipakai sehagai penopang dan pelontar tubuh kc arah atas. Gerakan melompat keatas ini biasanya didahului juga dengan gerakan lain seperti berayun (brakhiasi). Memanjat (Climbing) Gerakan ini dilakukan Owa Jawa dalam upaya berpindah ketempat yang lebih rendah atau lebih tinggi secara vertikal dalam pohon yang sama melalui cabang yang besar atau batang pohon dalam satu pohon. Berjalan (Walking) Gerakan ini dilakukan Owa Jawa untuk berpindah ke tempat yang relatif datar (horizontal) pada pohon dengan cabang atau batang yang besar. Gerakan berjalan dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan tangan (Quadrapedal) atau tanpa bantuan tangan (Bipedal). Fungsi tangan sebagai penyeimbang tubuh.

4. Aktivitas Istirahat Dalam rangkaian aktivitas hariannya. istirahat dilakukan diantara aktivitas makan, bergerak, maupun aktivitas sosialnya (istirahat pendek) karena memang waktu istirahat yang digunakan relatif singkat yang berkisar antara 15 menit sampai dengan 62 menit selama satu periode istirahat. Istirahat yang dilakukan diluar aktivitas hariannya dapat dikatakan sebagai istirahat panjang karena memakan waktu yang lama, dilakukan ketika hari mulai gelap sekitar pukul 16.54 sampai 17.12.

5. Aktivitas Sosial (Perilaku Sosial) Bentuk aktivitas sosial yang ditunjukkan oleh Owa Jawa secara individu dalam kelompok antara lain adalah berkutu-kutuan (grooming) yang biasanya dilakukan oleh individu jantan dewasa, betina dewasa dan muda; bersuara (vocalization), serta bermain yang biasanya dilakukan oleh individu muda dan bayi (Ladjat, 1995). Menurut De Vore dan Elmer (1987) bermain pada individu anak merupakan aktivitas yang sangat penting. Perilaku sosial yang terlihat antar kelompok Owa Jawa dapat berupa bersuara (vocalization) yang dilakukan dengan tujuan agar kelompok owa lain mengetahui teritori dari keIompok owa yang lain. Perilaku ini juga dapat terlihat untuk perilaku sosial dengan kelompok satwa lain yaitu pada kondisi dimana pada saat aktivitas makan terjadi, ada kelompok satwa lain seperti burung rangkong, lutung atau monyet ekor panjang, masuk kedalam teritori suatu kelompok Owa Jawa. Dapat dikatakan perilaku sosial yang terjadi antar kelompok Owa Jawa dan perilaku sosial yang terjadi antara kelompok Owa Jawa dengan kelompok satwa lainnya sangat berkaitan dengan teritori Owa Jawa dan aktivitas yang dilakukan oleh individu dalam kelompok tersebut.

Kondisi Habitat

1. Analisis Kondisi Vegetasi Dari analisis vegetasi yang dilakukan kemudian dihitung Indeks Nilai Penting (INP) untuk mengetahui komposisi dan kelimpahan jenis yang ada. Didapatkan pada jalur 0 (Resort Cibiuk) 5 jenis vegetasi pada tingkat pohon yang ada elidominasi dari pohon Kondang dengan INP sebe,ar 36,20, Kihiang (16,86), Kiamis (12,90), Kiganik (12,24), dan Cangearatan dengan INP sebesar 9,62. Sedangkan untuk 5 jenis vegetasi pada tingkat Tiang didominasi oleb Pulus, Kijahe, Kisegel, Cangcaratan dan Bisoro. Pada tingkat pancang Jalur 0 didominasi oleb jenis Songgom, Kijaha, Kilaja, Dahu dan Sulangkar dan Untuk jenis-jenis vegetasi pada tingkat semai atau liana didominasi oleb jenis Songgom, Kijaha, Kimerak, Hata dan Kigadel. Pada Jalur T (Resort Reuma Iengkol) 5 jenis vegetasi pada tingkat pobon yang ada didominasi dari pobon Lame dengan INP sebesar 35,93, Palahlar (32,66), Kiganik (30,80), Kikacang (20,40), dan Kipoleng dengan INP sebesar 19,75. Sedangkan untuk 5 jenis vegetasi pada tingkat Tiang didominasi oleb Buluh, Heueit, Peuris, Dahu dan Hampat. Pada tingkat paneang Ialur T didominasi oleb jenis Kimerak, Langkap, Rotan, Kakaduan dan Onyam dan Untuk jenis-jenis vegetasi pada tingkat semai atau liana didominasi oleh jenis Rotan, Kimerak, Kakaduan dan Kiendog.

2. Keanekaragaman Jenis Vegetasi Di ketahui pada jalur 0 (Resort Cibiuk) keanekaragaman jenis vegetasinya yang ada pada tingkat semai ditemukan sebanyak 45 jenis, pada tingkat pancang berbasil diidentifikasi sebanyak 56 jenis, untuk tingkat tiang sebanyak 34 jenis dan pada tingkat pobon ditemukan sebanyak 50 jenis yang tersebar diseluruh jalur pengamatan. Pada jalur 1 diketahui terdapat keanekaragaman jenis pada tingkat semai sebanyak 32 jenis, untuk tingkat pancang ditemukan 40 jenis, pada tingkat tiang terdapat 27 jenis dan pada tingkat pohon berhasil ditemukan 37 jenis pobon. Dari perbandingan yang ada pada masing-masing tingkat pertumbuhan yang ada pada jalur-jalur pengamatan, jelas sekali terlihat perbedaan keanekaragaman jenis yang ada dimana pada jalur 0 (Resort Cibiuk) memiliki keanekaragaman jenis yang lebih tinggi bila dibanelingkan dengan keanekaragarnan jenis yang ada pada jalur 1 (Resort Reuma jengkol). Bila dilihat dari keanekaragaman jenis tumbuhan yang ada pada kedua lokasi tersebut. Dapat dikatakan bahwa kondisi vegetasinya terutama tumbuhan pakannya masih dalam keadaan baik dimana banyak tumbuhan pakan yang mendominasi dengan INP berkisar diatas 10 %

notes:
ini merupakan ringkasan skripsi yang dilakukan penulis pada tahun 2001
source:
"http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/15881"

Posted under real circumstance, source will be published and will not claimed as its own writing

0 comments: