Sunday, January 09, 2011

You Are Always There at My Darkest Time

Saat aku terpuruk, Ia selalu memberikan dukungannya yang tiada henti untukku. Aku ingat pada suatu ketika, aku kehilangan sesuatu yang bisa menopang hidupku. Tapi ia selalu ada untukku.

Pertengahan 2008, aku kembali ke titik nol. Segala yang kubangun kandas tak bersisa. Hanya ia yang mengerti aku, pengorbanannya tak terhitung lagi.

Jangan ditanya pengorbanannya, bagaimana ia harus menyisihkan waktu untuk datang ke tempat ku bernaung di daerah Talang (Villa Bogor Indah). Semangatnya lah yang menyalakan semangatku. Tinggal di salah satu gudang yang tak terpakai yang kusulap menjadi kamar selama hampir 2 bulan. Semua kepedihan itu diubahnya menjadi kebahagiaan untuk kami berdua.

Aku masih ingat, ditengah sakit yang ia derita, masih saja ia korbankan menembus hujan untuk mengantarkan pesanan Undangan untuk temanku Vanra, di daerah kemang. Ya, dengan sedikit keahlian yang kumiliki, aku masih bisa bertahan hidup. Mengais sedikit rizki dari pertolongan teman-temanku. Semua sakit ditahannya untuk aku, belum lagi membantu persiapan pentas teater teman dekatku.

Atau, menjajaki sebuah permintaan untuk MC di bilangan Sunter, yang harus kami tempuh, lagi-lagi ditengah derasnya hujan. Padahal kondisi tubuhnya waktu itu tidak memungkinkan.

Satu bulan, ia menahan sakit itu di hadapanku. Setiap kupaksakan untuk memeriksakan kondisi tubuhnya, selalu ia tolak dengan sejuta alasan untuk menenangkan hatiku. Semua ditutupi dengan senyumnya. Semua kebohongan putihnya kututupi dengan kebohongan putih dan harapan, “She is Fine”. Ini adalah nilai yang harus kubayar dengan kepercayaan darinya.

Sampai pada suatu ketika, aku tak kuat menahan semua beban ini, tubuhku menyerah. Tapi lihatlah apa yang ia lakukan, diantara sejumlah aktifitas yang ia lakukan, selalu ia sempatkan untuk dihabiskan bersamaku. Walaupun hanya sekedar menonton DVD yang kita beli di toko DVD langganan kami. Beruntung juga aku masih memiliki tempat bernaung seperti Sylvalestari yang bisa kujadikan tambatan sementara, dengan pertimbangan menyesuaikan aktifitasnya dengan keberadaanku yang dekat dengannya. At least cuma itu yang bisa aku lakukan.

Tak terhitung penghinaan yang harus kami hadapi dan terima. Mulai dari sikap sinis dari beberapa temanku, sampai gurauan-gurauan ringan yang begitu menyakitkan:

Eh, Jadi cowok gak modal banget sih lu”, demikian sindir salah satu teman dekatnya.

Walau dalam hatiku, aku cuma bisa berkata

Damn, jelas dia gak pernah merasakan pahitnya kehidupan, kok bisa seenaknya ngomong gitu, apa gak dipikir dulu apa yang mau keluar dari mulutnya. Otak tinggi mulut rendah

Semua coba kupendam dengan sikap diam. Ia pun hanya menanggapi, lagi-lagi dengan senyum. Di balik senyumnya, ia menyimpan luka atas beberapa pernyataan dan kenyataan itu.

Senyum dan semangatnya yang bisa membuatku bertahan.
Suatu ketika, ia memberikan sebuah buku kecil untukku. Tertulis dalam sampul coklat itu sederet kata yang singkat.

DO’A


Buku ini banyak membantuku dalam menghadapi cobaan yang kuterima, saat-saat aku harus melewatkan waktu terakhirku dengan bunda dari segala penderitaan dan pengorbanannya” ujarnya singkat, ketika aku jatuh sakit.

Kamu harus kuat, karena kamu adalah orang yang sangat berharga dalam hidupku saat ini, dan kedepannya” Perkataannya begitu tertanam didalam hatiku.


Aku hanya menjawab dengan sebuah anggukan kecil, kuterima buku itu.




Sudut kamar kontrakan, awal 2011.

Kukirimkan sebentuk do’a untuknya agar ia selalu diberikan kesehatan dalam menghadapi tantangan masa depannya yang kuyakin jauh lebih berat dari yang pernah kami hadapi berdua:

Biismillaahi 'alaa nafsii wa maalii wa diinii, allaahumma radhinii biqadhaa'ika wa baarik lii fiimaa quddiralii hatta laauhibbaa\ ta'jiila maa akhkharta wa ta'khiira maa 'ajjalta

Artinya : Dengan nama Allah atas diriku, hartaku dan agamaku. Ya Allah, berilah aku rasa ridha terhadap putusku. Ya Allah, berilah aku rasa ridha terhadap putusan-Mu dan berkatilah segala apa yang Engkau berikan ubun-ubunku dalam tangan-Mu, berlakulah atasku hukum keputusan-Mu dan adillah atasku segala taqdirmu. Aku mohon pada-Mu dengan segala nama yang jadi milik-Mu yang Engkau namakan dengannya diri-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhluq-Mu, atau yang Kau simpan dalam perbendaharaan ghaib di sisi-Mu kiranya Engkau jadikan kitab al-Quran jadi kesuburan hatiku dan cahaya dadaku serta menjadi tempat melepaskan segala kesusahanku dan menghilangkan dukacitaku. (HR. Ahmad dan Ibnu Gibban)

Semoga ia juga dilapangkan dalam menghadapi kesulitan-kesulitannya:

Allahumma Laa shla illaa maa ja'altahu sahlan wa anta taj'alul hazna idzaa syi'ta sahlan

Artinya : Ya Allah, tiada yang mudah selain yang kau mudahkan dan Engkau jadikan kesusahan itu mudah jika Engkau menghendakinya jadi mudah. (HR. Ibnu Hibban)

Allaahumma innii as-aluka tamaaman ni'mati fil asy-yaa'I kullihaa wasy syukra laka 'alayhaa hattaa tardhaa wa ba'dar ridhaa, wal khiyarata fii jamii'I maa yakuunu fiihil khiyaratu wa bijamii'I masyuuril umuuri kullihaa laa bima'suurihaa yaa kariimu.

Artinya : Ya Allah, aku mohonkan pada-Mu kesempurnaan ni'mat pada segala perkara dan mensyukuri-Mu atasnya, sehingga Engkau ridha dan sesudah ridha itu lalu aku mohonkan pula kepada-Mu untuk memilih segala apa yang boleh dipilih dan dengan segala kemudahannya, bukan yang sulit lagi sukar dikerjakannya. Wahai Tuhan Yang Maha Mulia.

Insya Allah, Bismillah, Lillahi ta’ala, Alhamdulillah.

Dan untuk dua orang yang sangat berjasa dalam hidup kami, Bundanya dan ibuku:

Rabbighfirlii waliwaalidayya warhamhumma kamaa rabbayaanii shaghiiran.

Artinya : Ya Tuhanku, ampunilah dosaku dan dosa ayah dan ibuku serta kasihilah mereka sebagaimana kasih mereka padaku sewaktu aku masih kecil.

Ya Allah, hanya kepadamu kami bersimpuh dan berserah. Amin ya Rabbal’alamiin

Gema Muadzin memanggilku, berkumandang di tiap pelosok kalbuku.
Ashshalatu khairum minan naum

Posted under real circumstance, source will be published and will not claimed as its own writing

0 comments: