Sunday, November 18, 2007

MEMBANGUN EKONOMI MASYARAKAT CIBULUH (Bogor Barat)

contributed by: Rojak Nurhawan (FL Pengorganisasian, RMI-The Indonesian Institute for Forest and Environment)

Cibuluh satu kampung yang terletak pada Kawasan ekosistem Halimun, secara administratif di Kabupaten Bogor, untuk menuju kesana membutuhkan waktu sekitar tiga jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan dari kota Bogor. Kampung, yang dihuni penduduk 429 jiwa.

Pendapatan warga yang pas-pasan karena jarak, menyebabkan warga hanya mampu menyelesaikan pendidikan hingga sekolah dasar, yang menghabiskan 45 menit bila ditempuh berjalan kaki. Puskesmas belum tersedia apalagi rumah sakit. sehingga untuk mengatasi persoalan seperti melahirkan warga terbiasa menggunkan jasa dukun beranak atau dikenal dengan ema beurang.

Dulu penduduk kampung itu biasa bekerja sebagai penebang kayu di hutan. Dimulai sekitar lima tahun yang lalu, tepatnya tahun 2002, berkat kerja keras Husin, seorang pendatang asal Lampung dan Sasra penduduk asli kampung itu, yang menyadari keterbelakangan kampungnya dari kampung lain yang ada di sekitarnya.

Dari keprihatinan tersebut, ada harapan untuk mewujudkan kampung yang mandiri, dimana pangan, sandang dan papan dapat terpenuhi tanpa harus merusak alam, dan bergantung pada barang dari luar.

Kini mereka berdua dapat tersenyum lega, perjuangan yang dirintis selama 5 tahun. hasilnya sudah dapat dirasakan. Melihat keberhasilan kedua orang, satu persatu warga mengikuti jejaknya untuk bekerja menggarap lahan yang sudah lama mereka tinggalkan.

‘Apa yang kami lakukan sesungguhnya sebagai upaya untuk menjawab, bagaimana pengelolaan hutan yang menguntungkan semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat ujar Husien. Beralihnya pekerjaan dari tukang kayu menjadi petani. adalah sebuah kerja keras. Tak jarang mereka berdua mendapat cemoohoan dari para tetangga.

Akhirnya mampu membawa 56 kepala keluarga penebang kayu tergabung di kelompok tani. Disisi lain mata pencaharian penduduk sebagian besar telah beralih menjadi buruh tani dan petani. Hanya tinggal sebagian kecil saja bekerja pada bidang lain seperti menjadi pedagang dan buruh diperkotaan.

Terputusnya informasi tentang aturan masyarakat dalam mengelola hutan, mendorong RMI untuk menapakan kakinya di Kampung Cibuluh dan melakukan proses belajar dan bekerja bersama masyarakat. Salah satu kegaiatan yang lakukan bersama adalah menggali kembali aturan kampung, lingkungan dan hutan.
Diketahui bahwa aturan adat masih ada. Tetapi hanya dipatuhi oleh segelintir orang dari kalangan tua. Masalahnya aturan yang diwarisakan oleh para tetua, tidak diketahui secara pasti oleh generasi muda. Sebagai contoh aturan tidak boleh bekerja pada hari jum’at dan minggu. Tidak boleh nebang bambu, kayu pada hari rabu dan sabtu.

Maka melalui serangkaian proses akhirnya aturan tersebut dapat dituliskan kembali dan dijadikan kesepakataan bersama. Kekuatan dari aturan yang dituliskan menjadi bahan bagi masyarakat, yang dimandatkan kepada kelompok tani ketika berjuang bersama kelompok lain di Halimun dalam memastikan terjaminya keamanan pengeloaan lahan

Selain untuk sebagai alat kompromi dengan taman nasional selaku pengelola kawasan. Aturan dibangkitkan kembali untuk memperbaiki dan menata kehidupan kampung menjadi lebih baik. Saat ini sebagian masyarakat telah merasakan dampak dari penerapan aturan tersebut. Ketika ada warga yang meninggal satu sama lain saling membantu, pengerjaan pembangunan rumah dilakukan bersama-sama (lebih dikenal dengan sebutan kuriak), gotong-royong pembangunan sarana umum seperti masjid, jalan, sarana air bersih dan listik.

Untuk memastikan aturan dapat berjalan, maka masing –masing pihak diharapkan dapat berperan aktif. peran sesepuh kampung berfugas untuk melayani warga dalam kegiatan adat seperti seren taun. Seren tahun adalah pesta panen yang dilakukan selama satu tahun sekali di kasepuhan urug atau Cipatat. Juga menentukan jadwal tanam.

Sedangkan peran tokoh agama memperkuat dalam kegiatan seperti pengajian dan peringatan hari hari besar keagamaan. Peran tokoh masyarakat dan RT menggerakan warga dalam kegiatan pembangunan sarana umum seperti jalan, masjid saluran air. kegiatan social juga tak luput dari perhatian warga seperti membangun rumah jompo, memberikan santunan bagi anak yatim.

Di samping ada kelembagaan seperti yang telah disebutkan, terdapat pula kelompok pemuda, kegiatan kelompok ini lebih focus pada bidang olaharaga, sedangkan untuk kegiatan yang lain hanya bersipat membantu.

Perjuangan masyarakat Kampung Cibuluh masih sangat panjang dan melelahkan , namun setidaknya ketika kita mau mencoba perubahan pasti ada. Entah perubahan bersipat postif atau sebaliknya. Tentunya sangat bergantung pada keinginan kita sendiri.

0 comments: